Sabtu, 29 Januari 2011

Sentuhan Nasehat Agar Ukhuwah Bisa Kuat

Disadur dari pelajaran tafsir Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah
بسم الله الرحمن الرحيم

Allah Ta’ala berfirman,
فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنصَارِي إِلَى اللَّهِ

“Maka tatkala ‘Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Isra’il) dia berkata: “Siapa yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?”. (Ali ‘Imran: 52)

Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafzhahullah berkata:

Ayat ini dijadikan dalil bahwa seorang ulama dan da’i yang mengajari manusia agama Allah Ta’ala dan menyeru mereka kepada agama Allah Ta’ala, boleh bagi mereka untuk meminta pertolongan kepada manusia, terkhusus ketika ada gangguan dan dimusuhi manusia. Dan ini boleh dan benar, namun dengan syarat pertolongan tersebut sesuai dengan koridor syari’at. Karena di sana ada pihak-pihak yang memanfaatkan kesempatan seperti ini untuk mengelompokkan manusia dan menarik mereka untuk mendukung kursinya.

Yang seharusnya adalah kita mengajak manusia kepada perkara yang diserukan oleh Allah Ta’ala, dan mengikatnya dengan aturan-aturan syari’at. Maka pertolongan tersebut bukan untuk tujuan dan kepentingan pribadi demi kepentingan duniawi, atau harta, atau kekuasaan atau pemberontakan dan penggulingan dan lain-lain dari maam-macam fitnah. Dalam hal seperti ini seseorang tidaklah benar tindakannya, jika dia meminta pertolongan dan dukungan dari manusia hanya untuk meraih tujuan ini.

Nabi Nuh ‘alaihi salam, ketika gangguan kaumnya makin keras dia mengadu kepada kepada Allah Ta’ala,
أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانتَصِرْ

“Bahwasanya aku ini adalah orang yang terkalahkan, oleh sebab itu tolonglah aku.” (Al-Qamar: 10)

Nabi Musa ‘alaihi salam, berkata memohon kepada Allah Ta’ala,
وَاجْعَل لِّي وَزِيرًا مِّنْ أَهْلِي * هَارُونَ أَخِي * اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي * وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي

“Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku. (Yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah dengan dia kekuatanku. Dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku.” (Thaha: 29-32)

Dan aku nasehatkan kepada ahlus sunnah agar mereka semangat untuk mengekalkan ukhuwah mereka dalam agama ini, untuk melestarikan persatuan kaalimat mereka. Dan hendaknya mereka tidak tergesa-gesa, jika mendengar suatu ucapan dari saudaranya atau membaca tulisan dari saudaranya pada suatu malzamah dia buru-buru memisahkan diri dari saudaranya. Engkau butuh kepada saudaramu, adanya kekuatanmu itu dengan kekuatan mereka dan kelemahanmu itu disebabkan lemahnya mereka, tetapnya dirimu dan tersebarnya dakwahmu itu dikarenakan adanya ta’awun dari mereka.

Sebagian ikhwah kita tidak memiliki keadaran akan hal ini, kesadaran yang lurus dalam menjaga dakwah dan menjaga ukhuwah dan sebagainya. Pikirannya, yang penting jika dia mendengar suatu ucapan dari saudaranya dia bersegera untuk menggilasnya, menempatkannya pada posisi yang tidak baik, dengan penuh ta’ashub yang tidak pantas.

Aku nasehatkan bagi setiap penuntut ilmu untuk memiliki patokan yang benar, jika tidak, engkau hari ini membangun dan esok hari engkau hancurkan apa yang engkau bangun. Dan inilaah yang diinginkan syaithan. Terkadang kita menemukan sebgian ikhwah kita begitu cepat saling lari saling memisahkan diri, saling menghajr. Dan ini sebabnya adalah sedikitnya pemahaman dalaam agama ini, sedikitnya pemahamaan akan pentingnya ukhuwah, dan sedikitnya pemahaman akan pentingnya menyatukan kalimat di atas kebenaran dalam keberlangsungan menolong dan menyebarkan kebaikan.

Disadurkan oleh

‘Umar Al-Indunisy

Darul Hadits - Ma’bar, Yaman